Weeyyyy akhirnya
keluar juga ending partnya. Enjoy reading ya kawaannnssss (:
Hari demi hari berlalu. Stevani masih dengan gigihnya pdkt dengan Cody. Secret Admirer-ku pun masih sering mengirimkanku bunga dan hadiah-hadiah kecil seperti boneka, anting, scrapbook yang berisi foto-fotoku, dsb. Sampai pada suatu hari...
disekolah, saat pulang sekolah
Cody: "Eh tugas biology nanti ngerjainnya dimana? Kita kelompoknya bertiga kan?"
Abel: "Gimana kalo dirumah gue aja, kan ga terlalu jauh dari sekolah"
Stevani: "Boleh-boleh"
Kita pun mengerjakan tugas dirumahku. Kita ke rumahku diantar Cody.
— — — — — Skip sampe rumahnya Abel — — — —
Setelah menyelesaikan makalah biologynya, kami mengobrol-ngobrol santai.
Stevani: "Eh aku ke toilet dulu ya"
Abel: "Iyaaa udah sana, entar ngompol lagi"
Stevani pun pergi ke kamar mandi. Aku masih tertawa-tawa, karna lelucon yang dibuat Cody. Tanpa sengaja tanganku menyentuh tangannya Cody, lalu kami saling terdiam dan bertatapan tanpa melepas tangan kami yang masih berpegangan. Lalu tiba-tiba Cody megang tangan aku dan natap mata aku dalem banget, sampe-sampe aku takut dia bisa baca pikiran aku.
Cody: "Bel, aku mau ngomong sesuatu ke kamu"
Abel: (deg-degan) "Iya?"
Cody: "Sebenarnya… Aku sayaaanngg banget sama kamu. Dari semenjak pertama kali aku ngeliat kamu, aku udah tertarik sama kamu. Dan makin aku pendam perasaan aku, ternyata aku makin sayang dan cinta sama kamu,"
Abel: (kaget+speechless)
Cody: "So, apa kamu mau jadi pacar aku?"
Abel: (gugup, kaget, bingung, campur aduk, gado-gado, ketoprak, asinan #eh #slap #abaikan) "E-eh Co… Hmmm… Anu… Gimana ya?… Maaf Co, aku ga bisa"
Saat Cody ingin berbicara, tiba-tiba Stevani datang dan salah paham padaku. Dia mengira, aku merebut Cody darinya. Dia mengira, aku menusuknya dari belakang. Dia langsung berlari keluar dan kejalanan. Aku mengejarnya dengan panik. Tiba-tiba aku merasa mendengar suara orang berteriak padaku dan hantaman keras mengenai tubuhku. Lalu semuanya menjadi gelap.
— — — Cody POV — — —
Cody: (teriak) "ABEEELLLLLL…"
Tubuhku menegang seketika. Aku melihat Abel dihantam dengan sangat keras oleh sebuah mobil truk hingga tubuhnya terlempar beberapa meter. Darah bercucuran dari kepala dan hidung Abel. Aku langsung berlari kearah Abel, begitupula dengan Stevani yang tadinya ingin menghindari Abel. Aku langsung memanggil taksi dan membawa Abel kerumah sakit segera. Setibanya di rumah sakit, aku langsung membawanya ke UGD. Sedangkan Stevani menelepon Kak Jessie.
Apa yang terjadi?
Mau tau kelanjutannya?
Hari demi hari berlalu. Stevani masih dengan gigihnya pdkt dengan Cody. Secret Admirer-ku pun masih sering mengirimkanku bunga dan hadiah-hadiah kecil seperti boneka, anting, scrapbook yang berisi foto-fotoku, dsb. Sampai pada suatu hari...
disekolah, saat pulang sekolah
Cody: "Eh tugas biology nanti ngerjainnya dimana? Kita kelompoknya bertiga kan?"
Abel: "Gimana kalo dirumah gue aja, kan ga terlalu jauh dari sekolah"
Stevani: "Boleh-boleh"
Kita pun mengerjakan tugas dirumahku. Kita ke rumahku diantar Cody.
— — — — — Skip sampe rumahnya Abel — — — —
Setelah menyelesaikan makalah biologynya, kami mengobrol-ngobrol santai.
Stevani: "Eh aku ke toilet dulu ya"
Abel: "Iyaaa udah sana, entar ngompol lagi"
Stevani pun pergi ke kamar mandi. Aku masih tertawa-tawa, karna lelucon yang dibuat Cody. Tanpa sengaja tanganku menyentuh tangannya Cody, lalu kami saling terdiam dan bertatapan tanpa melepas tangan kami yang masih berpegangan. Lalu tiba-tiba Cody megang tangan aku dan natap mata aku dalem banget, sampe-sampe aku takut dia bisa baca pikiran aku.
Cody: "Bel, aku mau ngomong sesuatu ke kamu"
Abel: (deg-degan) "Iya?"
Cody: "Sebenarnya… Aku sayaaanngg banget sama kamu. Dari semenjak pertama kali aku ngeliat kamu, aku udah tertarik sama kamu. Dan makin aku pendam perasaan aku, ternyata aku makin sayang dan cinta sama kamu,"
Abel: (kaget+speechless)
Cody: "So, apa kamu mau jadi pacar aku?"
Abel: (gugup, kaget, bingung, campur aduk, gado-gado, ketoprak, asinan #eh #slap #abaikan) "E-eh Co… Hmmm… Anu… Gimana ya?… Maaf Co, aku ga bisa"
Saat Cody ingin berbicara, tiba-tiba Stevani datang dan salah paham padaku. Dia mengira, aku merebut Cody darinya. Dia mengira, aku menusuknya dari belakang. Dia langsung berlari keluar dan kejalanan. Aku mengejarnya dengan panik. Tiba-tiba aku merasa mendengar suara orang berteriak padaku dan hantaman keras mengenai tubuhku. Lalu semuanya menjadi gelap.
— — — Cody POV — — —
Cody: (teriak) "ABEEELLLLLL…"
Tubuhku menegang seketika. Aku melihat Abel dihantam dengan sangat keras oleh sebuah mobil truk hingga tubuhnya terlempar beberapa meter. Darah bercucuran dari kepala dan hidung Abel. Aku langsung berlari kearah Abel, begitupula dengan Stevani yang tadinya ingin menghindari Abel. Aku langsung memanggil taksi dan membawa Abel kerumah sakit segera. Setibanya di rumah sakit, aku langsung membawanya ke UGD. Sedangkan Stevani menelepon Kak Jessie.
Apa yang terjadi?
Mau tau kelanjutannya?
— — — — — Skip — — — — —
Dua jam sudah Abel berada didalam ruangan UGD tanpa ada kabar apapun. Tak lama kemudian Doker keluar sambil membuka masker dengan wajah penuh keringat tanda kerja kerasnya. Aku, Stevani, dan Kak Jessie langsung menyerbu dokter itu.
Cody: (panik) "Dok gimana dok keadaan Abel? Apa dia baik-baik aja"
Dokter: (menghela napas tanda menyerah)
Kak Jessie: "Dok jawab dok! Ade saya baik-baik aja kan dok?"
Stevani: "Dok gimana keadaan sahabat saya dok?"
Dokter: "Huuhhh… Sebelumnya maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi tuhan berkehendak lain, dia masih koma sampai sekarang. Dan tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali, bahkan detak jantungnya hampir tidak terbaca dengan alat pendeteksi"
Mendengar penjelasan dokter. Tubuhku melemas seketika. Rasanya jantungku seperti copot. Aku benar-benar tidak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini.
Cody: "Dok, boleh saya melihatnya kedalam?"
Dokter: "Silahkan, tapi tolong jangan lama-lama karna pasien juga harus banyak istirahat"
Cody: "Baik dok, terima kasih"
Aku segera masuk ke ruang rawat Abel. Melihat tubuhnya yang dipenuhi dengan perban di sekujur tubuhnya, membuat aku seperti diguyur dengan hujan es batu. Mulai saat ini aku bertekad akan menjaga dan melindungi Abel selama-lamanya.
— — — — — Skip — — — — —
Beberapa hari ini aku selalu menjaga Abel yang masih belum sadarkan diri. Aku membuka pintu ruang rawat Abel dan duduk disampingnya. Tak lama kemudian terdengar bunyi panjang dari alat pendeteksi hantu #ehmaksudnya dari alat pendeteksi jantung yang menandakan bahwa denyut jantungnya sudah tidak ada. Aku yang panik langsung menekan emergency button yang ada disamping tempat tidur Abel. Tak lama setelah itu, masuklah seorang dokter dan beberapa suster yang terlihat sedang mengatur napas karna berlari. Aku langsung disuruh keluar sama salah seorang suster, aku juga langsung menelepon Kak Jessie, Stevani, juga Alli.
Aku benar-benar panik saat itu. Yang ada dipikiranku hanyalah bagaimana caranya agar Abel bisa diselamatkan. Tak lama kemudian terlihat Stevani, Kak Jessie, dan Alli yang terlihat setengah berlari menujuku.
Kak Jessie: "Apa yang terjadi sama Abel? Kenapa dia bisa begitu?"
Cody: "Aku ga tau kak, tiba-tiba aja dia begitu. Maafin aku ya kak, karna aku ga bisa jaga Abel baik-baik. Aku ga bisa ngelindungin dia. Aku udah gagal jagain dia"
Alli: "Yaudah Ka, sabar aja. Lagipula ini bukan salah Kaka kok. Dan ini juga bukan salah siapa-siapa. Ini murni kecelakaan. Jadi Kaka sabar aja ya, dan yang mesti kita lakukan sekarang adalah berharap bahwa Abel bisa diselamatkan"
Kak Jessie: "Bener kata Alli, ini bukan salah siapa-siapa kok. Dan saat ini kita hanya bisa berdoa semoga Abel ga kenapa-kenapa"
Tak lama kemudian dokter dan para suster keluar dengan tampang putus asa dan penuh dengan peluh *eh bahasa gue baku banget*
Cody: "Gimana dok keadaan Abel? Dia kenapa?" (panik)
Dokter: (putus asa) (geleng-geleng) "Mohon maaf tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan saudari Abel. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, kami tidak bisa menyelamatkan saudari Abel. Dia sudah tiada"
Cody: (frustasi) "Gak mungkin dok, Abel ga mungkin ninggalin kita semua. Dokter pasti bercandakan? Abeellll…"
Aku yang tak percaya dengan omongan dokter tersebut langsung berlari kedalam ruangan Abel. Aku melihat dia terbaring tak berdaya. Aku langsung memeluknya dengan penuh perasaan. Aku… Aku… Aku benar-benar tidak ingin kehilangan orang yang sangat kucintai
Cody: "Abel… Maafin aku ya, karna aku kamu jadi celaka kaya gini. Cepatlah sadar. Aku mohon… Aku kangen sama suara kamu, senyuman kamu, candaan kamu. Bel… aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu. Dan aku gamau kehilangan kamu. Aku janji bakal jagain kamu untuk selama-lamanya. Aku mohon… Kamu cepet sadar ya"
Dengan sepenuh perasaan, aku mencium tangan Abel. Tiba-tiba tangan Abel bergerak, matanyanya pun terlihat mulai terbuka.
Cody: "Abel? Kamu udah sadar?" (langsung panggil dokter yang masih ngomong sama Kak Jessie)
Abel: (lemah) "Cody?"
Cody: "Iya bel, ini aku Cody"
Abel: (terbata-bata) "Yang barusan… kamu bilang ke aku… a-apa… apa bener itu perasaan kamu… yang sebenernya?"
Dokter yang datang, langsung memeriksa keadaan Abel
Dokter: "Benar-benar sebuah keajaiban, padahal awalnya saya kira dia tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Tapi ternyata itu semua salah. Keadaannya sekarang sudah normal, hanya saja masih sedikit lemah. Keluarganya sudah bisa melihatnya"
Cody: "Oke makasih dok"
Alli, Kak Jessie, dan Stevani langsung masuk menemui Abel yang masih terbaring lemah diatas tempat tidur. Sementara dokter tadi meninggalkan ruangan Abel.
— — — Abel POV — — —
Aku sedikit terkejut melihat kedatangan Stevani.
Abel: (berusaha bangun) "Stevani!"
Stevani: "Udah bel gausah dipaksain, kamu masih terlalu lemah"
Abel: "Tapi Stev, aku harus jelasin-"
Stevani: (memotog omongan Abel) "Cody udah jelasin semuanya kok. Maafin aku ya bel. Seharusnya sebagai sahabat yang baik, aku tau gimana perasaan kamu sebenernya. Bukannya malah marah ke kamu karna perasaan aku sendiri"
Abel: (bingung) "Maksud kamu?"
Stevani: "Aku tau, sebenarnya kamu juga suka kan sama Cody. Dan aku mau, kalian bisa berdua untuk selamanya. Dan Cod, jagain Abel ya! Aku gamau kalo dia sampe kenapa-kenapa"
Cody: "Sip bos! Dan Abel, apa yang kamu denger tadi itu bener. Aku sayang dan cinta sama kamu. Makadari itu, apa kamu mau jadi separuh bagian hidupku?"
Abel: (mengangguk sambil tersenyum lemah)
Alli: "Yeeeeaaayyyy"
Kak Jessie: "Cody, jagain adeku tercintah ya"
Cody: "Siap kak :D"
Dan hiduplah aku dengan Cody dengan bahagia. Hingga 15 tahun kemudian, kami menikah dan mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik. Dengan mata aqua, rambut blonde, kulit putih, senyum manis, benar-benar pelengkap kebahagiaan ku dengan Cody
— — — — — THE END — — — — —
0 comments:
Posting Komentar