Kemarin, kisah baru kembali di mulai. Hati yang telah lama mati mulai berwarna. Ia memutuskan untuk kembali percaya, bertaruh harap pada perjudian kehidupan. Ia sadar betul akan keputusan yang dibuatnya. Ia tidak takut
Tangan terulur untuk menahan kakinya yang terlalu rapuh dan goyah untuk berdiri sendiri. Mengajaknya untuk kembali bernapas. Merasakan sinar mentari menerpa kulitnya. Maka, keluarlah ia dari kotak itu. Meninggalkan gelap pekat di belakangnya.
Melangkah ia perlahan menyesuaikan diri. Membiarkan tetes embun membasahi kakinya yang tak beralas. Dihirupnya dalam-dalam aroma tanah sehabis hujan itu. Memenuhi paru-parunya dengan udara menenangkan.
Mendongak kepalanya menatap langit. Memandangi pelangi beraneka warna menggantung disana. Perlahan, bibirnya melengkungkan sebuah senyuman. Ia mengeluarkan secarik kertas dan pensil, lalu mulai menulis
Ini tentang harapan, kepercayaan, dan kasih sayang
Kamu yang mengembalikan itu semua
Kamu yang menuntunku untuk keluar dari kotak
Mengajakku kembali bernapas
Memperlihatkan mentari yang kukira takkan pernah kurasakan kembali
Kamu
Hal pertama dan terakhir yang ada dalam pikiranku
Setiap harinya
Bersamamu, aku tidak takut melangkah
Bersamamu, aku damai
Ya, hanya bersamamu
3 Nov 2015
Langganan:
Postingan (Atom)
3 Nov 2015
Bebas
Kemarin, kisah baru kembali di mulai. Hati yang telah lama mati mulai berwarna. Ia memutuskan untuk kembali percaya, bertaruh harap pada perjudian kehidupan. Ia sadar betul akan keputusan yang dibuatnya. Ia tidak takut
Tangan terulur untuk menahan kakinya yang terlalu rapuh dan goyah untuk berdiri sendiri. Mengajaknya untuk kembali bernapas. Merasakan sinar mentari menerpa kulitnya. Maka, keluarlah ia dari kotak itu. Meninggalkan gelap pekat di belakangnya.
Melangkah ia perlahan menyesuaikan diri. Membiarkan tetes embun membasahi kakinya yang tak beralas. Dihirupnya dalam-dalam aroma tanah sehabis hujan itu. Memenuhi paru-parunya dengan udara menenangkan.
Mendongak kepalanya menatap langit. Memandangi pelangi beraneka warna menggantung disana. Perlahan, bibirnya melengkungkan sebuah senyuman. Ia mengeluarkan secarik kertas dan pensil, lalu mulai menulis
Ini tentang harapan, kepercayaan, dan kasih sayang
Kamu yang mengembalikan itu semua
Kamu yang menuntunku untuk keluar dari kotak
Mengajakku kembali bernapas
Memperlihatkan mentari yang kukira takkan pernah kurasakan kembali
Kamu
Hal pertama dan terakhir yang ada dalam pikiranku
Setiap harinya
Bersamamu, aku tidak takut melangkah
Bersamamu, aku damai
Ya, hanya bersamamu
Tangan terulur untuk menahan kakinya yang terlalu rapuh dan goyah untuk berdiri sendiri. Mengajaknya untuk kembali bernapas. Merasakan sinar mentari menerpa kulitnya. Maka, keluarlah ia dari kotak itu. Meninggalkan gelap pekat di belakangnya.
Melangkah ia perlahan menyesuaikan diri. Membiarkan tetes embun membasahi kakinya yang tak beralas. Dihirupnya dalam-dalam aroma tanah sehabis hujan itu. Memenuhi paru-parunya dengan udara menenangkan.
Mendongak kepalanya menatap langit. Memandangi pelangi beraneka warna menggantung disana. Perlahan, bibirnya melengkungkan sebuah senyuman. Ia mengeluarkan secarik kertas dan pensil, lalu mulai menulis
Ini tentang harapan, kepercayaan, dan kasih sayang
Kamu yang mengembalikan itu semua
Kamu yang menuntunku untuk keluar dari kotak
Mengajakku kembali bernapas
Memperlihatkan mentari yang kukira takkan pernah kurasakan kembali
Kamu
Hal pertama dan terakhir yang ada dalam pikiranku
Setiap harinya
Bersamamu, aku tidak takut melangkah
Bersamamu, aku damai
Ya, hanya bersamamu
Langganan:
Postingan (Atom)