31 Jul 2015

Di Dalam Kotak

       Terduduk sepi di dalam kotak. Gadis itu kembali memejamkan mata dan mendesah berat. Menunggu siapapun yang cukup peduli dan keras kepala, untuk mengeluarkannya dari dalam kotak. Meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Memunculkan kembali keberanian yang sudah terenggut sekian lama. Sudah lupa ia bagaimana aroma udara di luar kotak. Sudah lama ia tidak merasakan hangatnya sinar mentari ketika menyentuh kulitnya, saat ia berada di luar kotak.

       Hanya gelap dan sunyi yang menemaninya selama ini. Sudah lupa ia bagaimana caranya untuk berlari menyusuri jalan hidup, sedang kakinya terlalu rapuh dan goyah untuk bisa berdiri tegak.

       Kembali ia menghitung cobaan yang datang bersamaan, tanpa paham peristirahatan. Satu persatu hilang, namun yang lain datang. Ingin rasanya istirahat sejenak, namun apa daya, takdir bahkan seakan tidak mengizinkannya untuk sekedar menepi. Ia terduduk merenung. Kembali menunggu tanpa pernah berharap. Menyenandungkan elegi dalam kesunyian. Ingin rasanya berteriak, menyuarakan hidup yang tak adil. Namun hanya isak dan beberapa seguk tanpa suara yang muncul. Matanya memanas, pandangannya mulai kabur tertutupi air yang perlahan jatuh mengalir membasahi pipinya.

       Ia hanya gadis 17 biasa, yang dipaksa takdir untuk terus menunggu. Menunggu untuk ditemukan dan dikeluarkan dari dalam kotak. Menunggu tanpa pernah berharap.

31 Jul 2015

Di Dalam Kotak

       Terduduk sepi di dalam kotak. Gadis itu kembali memejamkan mata dan mendesah berat. Menunggu siapapun yang cukup peduli dan keras kepala, untuk mengeluarkannya dari dalam kotak. Meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Memunculkan kembali keberanian yang sudah terenggut sekian lama. Sudah lupa ia bagaimana aroma udara di luar kotak. Sudah lama ia tidak merasakan hangatnya sinar mentari ketika menyentuh kulitnya, saat ia berada di luar kotak.

       Hanya gelap dan sunyi yang menemaninya selama ini. Sudah lupa ia bagaimana caranya untuk berlari menyusuri jalan hidup, sedang kakinya terlalu rapuh dan goyah untuk bisa berdiri tegak.

       Kembali ia menghitung cobaan yang datang bersamaan, tanpa paham peristirahatan. Satu persatu hilang, namun yang lain datang. Ingin rasanya istirahat sejenak, namun apa daya, takdir bahkan seakan tidak mengizinkannya untuk sekedar menepi. Ia terduduk merenung. Kembali menunggu tanpa pernah berharap. Menyenandungkan elegi dalam kesunyian. Ingin rasanya berteriak, menyuarakan hidup yang tak adil. Namun hanya isak dan beberapa seguk tanpa suara yang muncul. Matanya memanas, pandangannya mulai kabur tertutupi air yang perlahan jatuh mengalir membasahi pipinya.

       Ia hanya gadis 17 biasa, yang dipaksa takdir untuk terus menunggu. Menunggu untuk ditemukan dan dikeluarkan dari dalam kotak. Menunggu tanpa pernah berharap.
 
Bella's Blogger Template by Ipietoon Blogger Template